Saya sendiri pernah berkali-kali ditawari bisnis MLM (antara lain Am**y, C*I, tapi belum pernah menjalankannya. Paling-paling menjadi konsumen beberapa produk tersebut, itupun karena nggak enak kepada kenalan atau saudara yang menawarkannya (dengan sedikit memaksa ).
Kenapa saya kurang tertarik pada bisnis MLM?
Pertama, harga produk MLM biasanya ajubile mahalnya, bisa tiga-empat kali lipat dari produk sejenis yang dijual bebas di pasar. Mereka selalu mengatakan bahwa produk mereka luar biasa bagus, jauh lebih bagus dari semua produk yang sudah ada. Tapi siapa yang pernah menguji ke’luarbiasa’an produk tersebut? Saya kok lebih percaya pada produk perusahaan multinasional atau perusahaan nasional (misalnya Uni***er, Ind***od, dll.) yang sudah teruji di pasar selama puluhan tahun, sebab produk yang mampu bertahan lama di pasar bebas tentunya sudah teruji oleh masyarakat. Dan yang jelas, harganya lebih rasional …
Beberapa produk MLM (gambar dipinjam dari sini)
Ke dua, produk MLM hanya bisa dibeli melalui agen khusus MLM tersebut. Ini yang saya juga kurang suka. Ada unsur monopoli, atau lebih tepat mungkin eksklusivitas, yang membuat produk tersebut kurang transparan kepada konsumen. Kalau suatu saat kita mendapati produk yang ternyata tidak sehebat yang diiklankannya, kemana kita bisa mengajukan complain?
Ke tiga, ada unsur ‘eksploitasi’ dalam bisnis ini. Iming-iming yang selalu diberikan oleh perekrut anggota jaringan MLM adalah bahwa orang yang menjalankan bisnis MLM dan sudah menduduki jajaran top management (up line) akan bisa pensiun dalam usia muda, dan tinggal ongkang-ongkang menikmati uang yang terus mengalir masuk dari para down-linenya. Itulah sebabnya harga produk MLM menjadi sangat mahal, karena komisi untuk para up line yang bertingkat-tingkat itu semuanya dibebankan pada harga jual produk. Harga produknya sendiri mungkin hanya sekian persen dari harga jual.
Jaringan MLM (gambar dipinjam dari sini)
Keberatan saya yang terakhir, orang yang pertama kali akan menjalankan bisnis MLM diharuskan untuk membeli starter kit yang harganya tidak murah. Motivasi yang diberikan para up line adalah “Harus mau mengeluarkan modal untuk menjalankan bisnis. Investasi awal itu tidak ada artinya dibanding keuntungan berlipat-lipat yang akan diperoleh kemudian”. Bagi pihak MLM, kalaupun anggota baru tersebut akhirnya berhenti karena tidak berhasil merekrut down line baru dan menjual produk MLM, mereka toh sudah mendapatkan untung besar dari penjualan starter kit tersebut.
Dan yang paling -maaf- menyebalkan, orang yang sudah terjangkiti ‘virus’ MLM jadi seperti pemeluk agama baru. Kemana-mana mereka berdakwah tentang MLM, menjejali siapa pun yang ditemuinya untuk mendengarkan doktrin-doktrin MLM, dan mendesak saudara serta teman-temannya untuk memakai produk MLM. Seolah-olah kalau tidak mengikuti MLM mereka sudah menjadi kafir … . Perilaku seperti ini seringkali membuat orang jadi enggan bertemu dengan mereka, dan akhirnya malah membuat hubungan persaudaraan atau persahabatan menjadi terganggu
Motivator-motivator MLM memang luar biasa hebat, mungkin lebih hebat dari Mario Teguh . Mereka sering mengadakan ‘seminar’ di berbagai kota, dihadiri ribuan anggota serta calon down line baru. Untuk memompakan doktrin MLM, mereka menjual rekaman kaset motivasi yang harus selalu didengarkan oleh para anggota. Masuk akal, karena saldo rekening bank para top manager itu bergantung pada keaktivan down line berperang di lini terbawah, memasarkan produk mereka ke konsumen. Dengan demikian garda depan ini harus terus dikobarkan semangatnya. “Ayo, maju teruuus ..! Selangkah lagi Anda akan menang. Jangan menyerah, kesuksesan ada di depan mata dan di ujung jari Anda!”. Umumnya mereka berpegang pada ‘kitab suci’ buku “Bussines School” karya Robert Kiyosaki.
Motivasi selalu dikobarkan oleh up liner (gambar diambil dari sini)
Aduh, tulisan saya kok jadi nggak enak banget ya …
Dengan segala permohonan maaf, itulah persepsi saya tentang bisnis MLM, yang terbentuk berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya terhadap teman-teman dan saudara yang pernah terlibat dalam bisnis ini. Sudah pasti saya bisa saja salah, namanya juga manusia (apologi … hehe … ).
Nah, baru-baru ini muncul Online Multi Level Marketing (OMLM) yang dipromosikan melalui jaringan internet. Belum begitu jelas MLM ini seperti apa, tetapi dari promosinya, MLM ini menjanjikan bisnis yang zero cost, zero risk, zero selling skills, zero web skills. Juga dijanjikan, “If you don’t make any money we will pay you $ 1.000″. MLM online ini baru akan dilaunching pada 4 Juli 2011, jadi sekarang sedang gencar merekrut member. Saya tidak tahu banyak tentang omlm, jadi tidak berani komentar . Monggo saja bagi yang berminat. Saya tidak menganjurkan, juga tidak melarang … *takut dikeroyok massa*
Untuk saat ini, saya belum berminat menjadi anggota omlm. Besok deh, kalau sudah ada teman yang gagal menjalankan bisnis ini dan mendapat ganti rugi $ 1000, saya akan ikut *curang*
Asyiiik …. (gambar dipinjam dari sini)
Saya sempat membaca tulisan dampak buruk bisnis MLM , yang mendapat serangan gencar bertubi-tubi dari para pelaku bisnis ini. Wah, sempat keder juga, jangan-jangan posting saya ini bakal menuai bombardir serupa. Tapi biarlah. Saya bukan ‘pelaku gagal’ bisnis MLM yang sedang sakit hati (seperti banyak dituduhkan para penyerang dalam tulisan tersebut). Saya hanya menuliskan apa yang saya pikirkan dan (sedikit) apa yang saya ketahui berdasarkan pengamatan terhadap orang-orang yang saya kenal.
Pesan terakhir (haiyah … ), semua sistem bisnis pasti ada sisi baik dan sisi buruknya. Sebaiknya kita mempelajari dengan cermat sistem tersebut, lalu melihat ke dalam diri kita, apakah sistem tersebut cocok dengan karakter, potensi, dan cara hidup yang kita inginkan …
Good luck!
Sumber
No comments:
Post a Comment